Minggu, 29 Mei 2011

Pengertian Pendidikan moral

KabarIndonesia - Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang memandang bahwa proses pendidikan kita telah gagal menanamkan nilai-nilai moral pada setiap siswa. Asumsi ini muncul setelah kita menyaksikan begitu banyaknya siswa yang kurang memiliki moral yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat kita. Pendidikan moral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan.

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan moral, yakni:

1.  Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bersentuhan langsung dengan perkembangan moral anak. Pendidikan karakter adalah proses mengajari anak dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermoral yang membahayakan orang lain dan membahayakan dirinya sendiri seperti perilaku berbohong, menipu dan mencuri. dengan adanya proses pendidikan ini peserta didik dapat memahami bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang keliru. Menurut pendidikan karakter setiap sekolah harus memiliki aturan moral yang kemudian dikomunikasikan dengan jelas kepada seluruh siswa. Setiap pelanggaran terhadap aturan harus dikenai sanksi sesuai dengan kesepakatan.

2.  Klarifikasi nilai adalah proses memberikan bantuan kepada setiap anak untuk memahami dan menyadari untuk apa hidup serta mengklarifikasi bentuk-bentuk perilaku apa yang layak dikerjakan. Dalam pendekatan ini, anak didorong untuk mendefinisikan nilai dari mereka sendiri dan memahami nilai diri orang lain.

3.  Pendidikan moral kognitif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi dan keadilan saat moral mereka sedang berkembang (santrock, 2007). Teori Kohlberg banyak mendasari pendidikan moral kognitif yakni menyadari bahwa atmosfer moral di sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. Dengan kata lain, iklim sekolah dalam pendidikan moral akan menentukan keberhasilan pendidikan moral.

Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan moral anak dalam proses pendidikan di sekolah seperti yang dikemukakan Honig dan Wittmer (1996), adalah sebagai berikut:

a.  Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain. Ini akan mendorong siswa untuk lebih terlibat dalam aktivitas membantu orang lain.

b.  Jadilah contoh perilaku prososial. Siswa meniru apa yang dilakukan guru. Misalnya, tindakan guru yang menghibur saat siswa stress kemungkinan akan ditiru oleh siswa lainnya. Ketika guru mengomeli semua siswa sambil berteriak-teriak, mereka kemungkinan akan menirunya dengan meneriaki teman-temannya.

c.   Berilah label dan identifikasi perilaku prososial dan perilaku antisosial. Artinya ketika siswa melakukan perilaku yang positif, jangan hanya mengatakan "bagus" saja, akan tetapi tunjukkan perilaku apa yang positif yang ditunjukkan siswa tersebut.

d.  Bantu siswa untuk menentukan sikap dan memahami perasaan orang lain.

e.  Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang dapat meningkatkan alturisme. Bantulah siswa untuk menyusun dan mengembangkan proyek yang dapat membantu orang lain. Proyek ini mungkin berupa kegiatan membersihkan halaman sekolah, menulis surat pada anak yang sedang berada didaerah konflik, mengumpulkan mainan dan makanan untuk anak yang membutuhkan dan lain sebagainya.

Dengan demikian, guru yang berperan sebagai fasilitator dapat memenuhi kebutuhan dan motivasi siswanya semaksimal mungkin sehingga peserta didik mampu mengikuti proses pendidikannya sebaik mungkin. Dengan hal ini tentunya akan menumbuhkan moral yang baik dan sesuai dengan pandangan hidup masyarakat. (*)

1 komentar:

  1. artikel yang menarik sekali, lihat jugahttp://magicteacher-id.blogspot.in/2016/06/indonesia-negara-yang-pintar-namun-bodoh.html

    BalasHapus